Rabu, 27 Desember 2017

SKI kelas 4 materi Ketabahan Rasulullah SAW dalam Berdakwah

Pelajaran 1
Ketabahan dalam Berdakwah

v  Islam adalah agama yang benar dan sempurna diperuntukkan umat manusia agar dapat mengarungi kehidupan sebaik-baiknya.
v  Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suri teladan (uswah hasanah) bagi seluruh umat manusia.
v  Dalam berdakwah Rasulullah SAW selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Yang disampaikan bukan dari pikiran tetapi berasal dari Allah.
v  Dakwah Nabi Muhammas SAW ada dua macam yaitu:
1.      Dakwah secara sembunyi-sembunyi (selama tiga tahun)
2.      Dakwah secara terang-terangan (Surah Al-Hijr ayat 94)
v  Faktor-faktor yang mendorong kamu kafir Quraisy menentang dakwah Nabi Muhammad SAW :
1.      Persaingan berebut kekuasaan
2.      Hilangnya kasta
3.      Takut akan hari berbangkit
4.      Hilangnya perdagangan patung
5.      Larangan Taklid kepada naneng moyan
v  Ketabahan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah :
1.      Ketabahan atas tentangan Abu Lahab.
2.      Ketabahan atas ancaman para penguasa Mekah.
3.      Ketabahan atas bujukan Walid bin Mugirah
4.      Ketabahan atas bujukan Utbah bin Rabi'ah
5.      Ketabahan atas siksaan kaum kafi Quraisy
6.      Ketabahan atas pemboikotan yang dilakukan oleh Bani Hasyim
7.      Ketabahan atas meninggalnya paman dan istri nabi Muhammad SAW
v  Ketabahan para sahabat Nabi Muhammad SAW:
1.      Khadijah binti Khuwailid , istri nabi walau menghadapi tantangan dan ancaman kaum kafir quraisy selalu menjalani dengan tabah mesikupun banyak olok-olok dan cacian. Banyak yang membujuk meminta nabi Muhammad menghentikan dakwahnya.
2.  Abu Bakar as Siddiq, anak Abi Quhafah orang terkemuka kaum Quraisy yang pertama memeluk Islam. Waktu hijrah menemani Nabi Muhammad SAW.
3. Fatimah az-Zahra binti Muhammad, putri Nabi dari Khadijah. Saat Nabi Muhammad dilempari kotoran di punggungnya, Fatimah yang membersihkannya sambil menangis.
4.   Hafsah binti Umar, putri Umar bin Khatab. Di percaya untuk menyimpan salah satu mushaf Al-Qur'an.
5.  Ibnu Mas'ud berasal dari keluarga berkedudukan rendah. Saat memeluk ISlam tidak ada keluarga yang melindunginya. Ia orang pertama yang berani membaca Al-Qur'an kecara keras danterang-terangan akibatnya disiksa kaum kafir Quraisy.
6.     Keluarga Sumayah.
7.    Arqam bin Abil Arqam, sahabat yang kuat dan teguh pendiriannya. Menyediakan rumahnya sebagai pusat kegiatan dakwah Nabi Muhammad SAW.

8.   Bilal bin Rabah, sahabat kesayangan Nabi Muhammad SAW . Awalnya menjadi budak

SKI, Kelas 6 materi Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati

SUNAN KUDUS DAN SUNAN GUNUNG JATI

A. Sunan Kudus 
1.      Riwayat dan Silsilah Sunan Kudus
Nama Ja’far Shadiq diambil dari nama datuknya yang bernama Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad.
Sunan Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk Kudus, ia berasal dan lahir di alQuds negara Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya berhijrah ke Tanah Jawa.
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Saw.
2.      Kepribadian Sunan Kudus
Meskipun beliau bernama Sunan Kudus, namun sebenarnya bukan asli dari Kudus. Beliau pendatang dari daerah Jipang Ponolan yang merupakan daerah di sebelah utara Blora. Di sana, ia dilahirkan dan diberi nama Ja’far Shodiq.
Ja’far Shodiq tidak merasa asing ketika bertanggung jawab sebagai Senopati. Karena saat beliau masih remaja, beliau tidak hanya mempelajari ilmu agama, namun juga ilmu ilmu yang lain, seperti ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan perdagangan.
Selain kepada ayahnya, ia juga pernah menimba ilmu kepada Sunan Ampel dan Kiai Telingsing. Sebenarnya nama asli dari Kiai Telingsing adalah Tai Link Tsing, ia berasal dari China. Ketika itu China sudah dikenal sebagai Negara yang maju. Bahkan, negara China sudah maju sejak dulu.
Pada kenyataannya, Ja’far Shodiq sebagai senopati kerajaan Demak Bintoro, mampu membuktikan kehebatannya yang tak kalah dengan kepiawaian ayahnya di medan perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah kerajaan Demak ke  arah timur hingga mencapai Madura, dan arah barat hingga Cirebon. Kemudian sukses ini memunculkan cerita kesaktiannya. Misalnya, sebelum perang, Ja’far shodiq diberi badong, semacam rompi, oleh Sunan Gunung Jati. Badong itu dibawahnya berkeliling arena perang.
Dari badong sakti itu, keluarlah jutaan tikus yang juga sakti. Kalau dipukul maka tikus itu tidak mati, namun mereka semakin mengamuk sejadi-jadinya. Pasukan Majapahit ketakutan sehingga mereka lari tunggang langgang. Ja’far Shodiq juga mempunyai sebuah peti, yang bisa mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit Majapahit yang tewas disengat tawon itu. Pada akhirnya, pemimpin pasukan majapahit, yaitu adipati Terung menyerah pada pasukan Ja’far Shodiq.
Kesuksesannya mengalahkan Majaphit membuat posisi Ja’far Shodiq semakin kuat. Kemudian ia meninggalkan Demak karena ingin hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama Islam. Lalu, ia pergi menuju ke Kudus. Namun, kedatangannya di Kudus tidak jelas. Ketika ia menginjakkan kaki di Kudus, kota itu masih bernama Tajug, konon orang yang mula-mula mengembangkan Islam di kota Tajug sebelum Ja’far Shodiq adalah Kiai Telingsing. Cerita ini Menunjukkan bahwa kota itu sudah berkembang sebelum kedatangannya.
Awalnya, Ja’far Shodiq hidup di tengah jamaah dalam kelompok kecil di Tajug. Jamaah itu merupakan para santri yang dibawanya dari Demak. Sebenarnya mereka adalah tentara yang ikut bersama Ja’far Shodiq memerangi Majapahit. Setelah jamaahnya semakin banyak ia kemudian membangun masjid sebagai tempat ibadah dan  pusat penyebaran agama Islam. Tempat ibadah yang diyakini dibangun oleh Ja’far Shodiq adalah masjid Menara Kudus yang masih berdiri hingga kini. Masjid ini didirikan pada 956 H yang bertepatan dengan 1549 M.
Adapun mengenai asal usul nama Kudus bahwa Sunan Kudus pernah pergi naik haji sambil menuntut ilmu di tanah Arab, kemudia ia juga mengajar di sana. Konon, masyarakat arab waktu itu terjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan. Dan, penyakit itu mereda berkat jasa Sunan Kudus. Karena itu, seorang pejabat setempat berkenan untuk memberikan sebuah hadiah kepadanya. Tetapi ia menolaknya dan hanya meminta sebuah batu sebagai kenang-kenangan. Menurut suatu cerita, batu tersebut berasal dari kota Baitul Maqdis atau Jerussalem. Maka, untuk memperingati kota tempat Ja’far Shodiq hidup dan tinggal, kemudian ia memberinya nama Kudus. Kota Tajug pun mendapat nama baru, yakni Quds, yang kemudian berubah menjadi Kudus. Kemudian pada akhirnya Ja’far Shodiq sendiri dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus mengikuti gaya Sunan Kalijaga, yakni menggunakan model “tutwuri handayani”. Artinya, Sunan Kudus tidak melakukan perlawanan keras, melainkan mengarahkan masyarakat. Sebab, ia memang banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Cara berdakwah Sunan Kudus pun yang meniru cara yang dilakukan Sunan Kalijaga, yaitu menoleransi budaya setempat, bahkan cara penyampaiannya lebih halus. Itu sebabnya para wali menunjuk dirinya untuk berdakwah di kota Kudus.
3.      Perjuangan Sunan Kudus dalam Berdakwah
Ketika itu, masyarakat Kudus masih banyak yang menganut agama Hindu. Maka, Sunan Kudus berusaha memadukan kebiasaan agam Hindhu ke dalam syariat Islam secara halus. Misalnya, ia justru menyembelih Kerbau bukan Sapi ketika Hari Raya  Idul Qurban. Itu merupakan dari penghormatan Sunan Kudus kepada para pengikut Hindu. Sebab, ajaran agama Hindu memerintahkan untuk menghormati Sapi.
Setelah berhasil menarik umat Hindu memeluk agama Islam, Sunan Kudus bermaksud menjaring umat Budha untuk memluk Islam juga. Ia memiliki cara yang cukup unik untuk menarik perhatian mereka. Setelah Sunan Kudus mendirikan masjid, ia membuat padasan (tempat berwudhu), dengan pancuran berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca di atasnya.
Mengapa Sunan Kudus melakukan ini? Ternyata, Sunan Kudus ingin menarik simpati umat Buddha karena dalam ajaran Budha terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta sanghika marga. Isi  ajaran tersebut adalah seseorang harus memiliki pengetahuan yang benar, mengambil keputusan yang benar, berkata yang benar, bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan cara yang benar, bekerja dengan benar, beribadah dengan benar dan menghayati agama dengan benar.
Akhirnya, usaha itu pun membuahkan hasil, sehingga banyak orang yang bergama Budha berbondong-bondong memeluk Islam. Demikian pula dalam hal adat istiadat, ia tidak langsung menentang masyarakat yang melenceng dari ajaran Islam secara keras. Sebagai contoh, masyarakat sering menabur bunga di perempatan jalan, mengirim sesajen di kuburan dan adat lain yang melenceng dari ajaran Islam.  
Sunan Kudus tidak langsung menentang adat itu, tetapi ia mengarahkannnya sesuai ajaran Islam dengan pelan-pelan. Misalnya, Sunan Kudus mengarahkan agar sesajen yang berupa makanan diberikan kepada orang yang kelaparan. Ia juga mengajarkan bahwa meminta permohonan bukan kepada ruh, tetapi kepada Allah Swt.
Dengan cara yang simpatik tersebut membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama Islam dari Sunan Kudus. Surat Al Baqarah yang dalam bahasa arab berarti sapi, sering dibacakan oleh Sunan Kudus untuk lebih memikat pendengar yang beragama Hindu. Bahkan membangun Masjid Kudus dengan tidak meninggalkan unsur aristektur Hindu. Sebab, bentuk menaranya tetap menyisakan arsitektur gaya Hindu. Di antara bekas peninggalan Sunan Kudus adalah Masjid Raya Kudus yang kemudian dikenal dengan sebutan Menara Kudus. Di halaman masjid tersebut terdapat sebuah menara kuno yang indah.
Kebiasaan unik Sunan Kudus dalam berdakwah, yakni ia selalu mengadakan acara Bedug Dandangan. Acara ini merupakan kegiatan menunggu kedatangan Bulan Ramadhan. Ia menabuh beduk bertalu-talu untuk mengundang para jamaah ke masjid. Ia pun mengumumkan hari pertama puasa setelah jamaah berkumpul di masjid. 
 Makam Sunan Kudus dikelilingi makam para pengikutnya. Sunan Kudus sendiri wafat dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami’ Kudus. Jika orang memandang menara Masjid Kudus ada yang lain, aneh, dan artistik, mereka pasti akan segera teringat pada pendidirinya, yaitu Sunan Kudus.   


 
4.      Contoh Nilai Positif Sikap Sunan Kudus
Nilai positif yang dapat kita ambil dari Sunan Kudus adalah:
a.    Sunan Kudus merupakan ulama yang sekaligus sebagai senopati perang, beliau bersedia membela agama baik dengan lisan, pemikiran, juga fisiknya.
b.    Sikap toleransi yang tinggi terhadap penganut agama lain.

KEGIATAN
         Diskusikan dengan kelompokmu, apa saja nilai- nilai sikap positif dari Sunan Kudus dan mengapa kita harus memiliki sifat tersebut? Tulislah hasil kerjamu lalu bacakan di depan kelas! 
              B. Sunan Gunung Jati 
1.      Riwayat dan Silsilah Sunan Gunung Jati
          Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidyatullah, lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musair besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sui di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.
          Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda’im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/ Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhai Mahdi bin Ahmad. Ia dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di Komplek Astana Agung Sembung (Cirebon).
2.      Kepribadian Sunan Gunung Jati
          Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecenderungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahi ia meneruskan ke Timur Tengah.
          Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuana membangun kota Cirebon, ia wafat dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayatullah mengambil peranan membangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu.
          Memasuki usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
3.      Perjuangan Sunan Gunung Jati dalam Berdakwah
          Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang Portugis.
          Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.
          Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Lahi. Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhunan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
          Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.
          Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah dikaruniai dua orang anak yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering bermusyawarah dengan anggota para wali  lainnya di masjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya masjid Demak.
          Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.
      Pada tahun 1480 Masjid Agung Ciptarasa dibangun atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan mesjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan dengan membangun jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah Pasundan. Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit
          Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya mereka ingin memperluas kekuasaannya ke pulau Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara. Oleh karena itu Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor untuk menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya di tanah Jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima perang.
          Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur di Malaka tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara Pajajaran cerai berai tak menentu arahnya.
          Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.
          Kesultanan Pakungwati menjalin hubungan baik dengan kekaisaran China, bahkan Sunan Gunung Jati menikah dengan puteri ong Tien. Pernikahan antara puteri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia. Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon janganlah merasa heran disana banyak ornamen Cina dan barang-barang antik itu berasal dari Cina.
          Keberhasilan Sunan Gunung Jati menegakkan kekuasaan Islam di Cirebon dan Banten, memberikan tidak saja keleluasaan dakwah Islam di bumi Sunda, melainkan telah menjadikan keraton sebagai pusat kesenian dan kebudayaan yang bernuansa agama sehingga menjadikan gerakan dakwah Islam dengan cepat meluas hingga ke seluruh pelosok wilayah Pasundan. Dan, dengan semakin menguatnya kekuasaan Keraton Cirebon dan Banten, yang gencar menyebarkan dakwah Islam, sisa-sisa kekuasaan Raja Sunda semakin lama semakin lemah, di mana pada era Sultan Maulana Yusuf, cucu Sunan Gunung Jati, menaiki takhta Banten, dilakukan penuntasan penaklukan atas sisa-sisa kekuasaan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1575 Masehi.
          Demikianlah, melalui Keraton Cirebon dan Banten, berbagai gerakan dakwah melalui pengembangan seni dan budaya dilakukan secara persuasif dan sistematis, di mana unsur-unsur Hindhu-Budha lama tidak dihilangkan, melainkan dipadukan secara harmonis dengan ajaran Islam, yang menjadikan Islam dianut oleh hampir seluruh penduduk bumi Pasundan.
          Sunan Gunung Jati meninggal tahun 1568 M pada usia 120 tahun dan dimakamkan di Bukit Gunung Jati, Cirebon.
4.      Contoh Nilai Positif Sikap Sunan Gunung Jati
          Dari kisah yang tersaji dari kehidupan Sunan Gunung Jati, dapat kita ambil nilainilai positif sebagai berikut:
a.       Sunan Gunung Jati tidak hanya menguasai ilmu agama dalam berdakwah, tetapi juga menguasai ilmu politik atau kenegaraan, bahkan ilmu pengobatan. Kesemuanya dipergunakan oleh beliau sebagai metode untuk melancarkan dakwah Islam.

b.      Ketika mengalami masalah di luar batas pengetahuan manusia, saat Sunan Gunung Jati ditanya mengenai mana putri kaisar yang hamil, maka langkah yang diambil adalah bermunajat kepada Allah untuk mendapatkan jawaban.
c.       Menghargai penganut agama lain serta bangsa lain, seperti halnya penganut Hindhu dan Budha ataupun bangsa Cina. Karena sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita menghargai orang lain walalupun berbeda bangsa dan agama.

KEGIATAN
             Diskusikan dengan kelompokmu apa saja yang telah dilakukan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Pasundan! 


LATIHAN SOAL
A.    Pilihlah jawaban dibawah ini dengan benar!
1.        Walisongo yang memiliki nam asli ja’far shodiq adalah .......
a.         Sunan Ampel                
b.        Sunan Kalijaga
c.         Sunan Gunung Jati
d.        Sunan Kudus
2.        Sunan Kudus merupakan keturunan ke- ............. dari Nabi Muhammad
a.         21                       b. 25                c. 24                d. 20
3.        Berikut merupakan cara berdakwah sunan Kudus
1)        Menyembelih kerbau pada hari raya qurban
2)        Mendirikan masjid dengan padasan yang diberi arca diatasnya
3)        Menyembelih sapi pada hari raya qurban
4)        Mengubah adat istiadat yang tidak baik menjadi lebih baik.
Yang merupakan cara berdakwah Sunan Kudus adalah ........
a.         1,3,4
b.        1,2,4
c.         3,2,1
d.        2,3,4
4.        Peninggalan dari Ja’far Sodiq adalah bangunan . . . di kota Kudus
a.         Komplek Pesantren
b.        Masjid Menara
c.         Masjid Agung
d.        Kedaton
5.        Nama asli dari Sunan Gunung Jati adalah .....
a.         Raden syaifuddin
b.        Syarif Hidayatullah
c.         Ja’far Shodiq
d.        Raden Rahmat
6.        Sunan Gunung Jati lahir pada tahun ......
a.         1448 M
b.        1446 M
c.         1449 M
d.        1440 M
7.        Walisongo yang berdakwah dan membangun pemerintahan di Cirebon adalah ...
a.       Sunan Kudus
b.      Sunan Gunung Jati
c.       Sunan Muria
d.      Sunan Pandanaran
8.      Siapa pendiri dinasti kesultanan Banten….
a.         Sunan Ampel
b.        Sunan Bonang
c.         Sunan Drajat
d.        Sunan Gunung Jati
9.        Makam Sunan Gunung Jati berada di .......
a.         Cirebon              b. Demak         c. Pasundan                 d. Banten
10.    Nilai positif yang dapat diambil dari walisongo adalah, kecuali ......
a.         berani dan bertanggung jawab
b.        sikap tidak toleransi terhadap penganut agama lain
c.         menjunjung tinggi agama Islam
d.        mengusai berbagai ilmu yang berbeda-beda

B.     Ayo Jawablah!
      Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1.     Jelaskan secara singkat mengenai riwayat dan silsilah dari Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati
2.     Jelaskan secara singkat perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Kudus dalam penyebaran agama Islam!
3.     Jelaskan secara singkat perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dalam penyebaran agama Islam!
4.     Sebutkan nilai-nilai positif dari Sunan Kudus!

5.     Sebutkan nilai-nilai positif dari Sunan Gunung Jati!