zakiyah nurish shofa
Jumat, 29 Desember 2017
Kamis, 28 Desember 2017
Rabu, 27 Desember 2017
SKI kelas 4 materi Ketabahan Rasulullah SAW dalam Berdakwah
Pelajaran 1
Ketabahan dalam Berdakwah
v
Islam adalah agama yang benar dan sempurna diperuntukkan umat manusia agar
dapat mengarungi kehidupan sebaik-baiknya.
v
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suri teladan (uswah hasanah)
bagi seluruh umat manusia.
v
Dalam berdakwah Rasulullah SAW selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Yang disampaikan bukan dari pikiran tetapi berasal dari Allah.
v
Dakwah Nabi Muhammas SAW ada dua macam yaitu:
1.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi (selama tiga tahun)
2.
Dakwah secara terang-terangan (Surah Al-Hijr ayat 94)
v
Faktor-faktor yang mendorong kamu kafir Quraisy menentang dakwah Nabi
Muhammad SAW :
1.
Persaingan berebut kekuasaan
2.
Hilangnya kasta
3.
Takut akan hari berbangkit
4.
Hilangnya perdagangan patung
5.
Larangan Taklid kepada naneng moyan
v
Ketabahan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah :
1.
Ketabahan atas tentangan Abu Lahab.
2.
Ketabahan atas ancaman para penguasa Mekah.
3.
Ketabahan atas bujukan Walid bin Mugirah
4.
Ketabahan atas bujukan Utbah bin Rabi'ah
5.
Ketabahan atas siksaan kaum kafi Quraisy
6.
Ketabahan atas pemboikotan yang dilakukan oleh Bani Hasyim
7.
Ketabahan atas meninggalnya paman dan istri nabi Muhammad SAW
v
Ketabahan para sahabat Nabi Muhammad SAW:
1.
Khadijah binti Khuwailid , istri nabi walau menghadapi tantangan dan
ancaman kaum kafir quraisy selalu menjalani dengan tabah mesikupun banyak
olok-olok dan cacian. Banyak yang membujuk meminta nabi Muhammad menghentikan
dakwahnya.
2. Abu Bakar as Siddiq, anak Abi Quhafah orang terkemuka kaum Quraisy yang
pertama memeluk Islam. Waktu hijrah menemani Nabi Muhammad SAW.
3. Fatimah az-Zahra binti Muhammad, putri Nabi dari Khadijah. Saat Nabi
Muhammad dilempari kotoran di punggungnya, Fatimah yang membersihkannya sambil
menangis.
4. Hafsah binti Umar, putri Umar bin Khatab. Di percaya untuk menyimpan salah
satu mushaf Al-Qur'an.
5. Ibnu Mas'ud berasal dari keluarga berkedudukan rendah. Saat memeluk ISlam
tidak ada keluarga yang melindunginya. Ia orang pertama yang berani membaca
Al-Qur'an kecara keras danterang-terangan akibatnya disiksa kaum kafir Quraisy.
6. Keluarga Sumayah.
7. Arqam bin Abil Arqam, sahabat yang kuat dan teguh pendiriannya. Menyediakan
rumahnya sebagai pusat kegiatan dakwah Nabi Muhammad SAW.
8. Bilal bin Rabah, sahabat kesayangan Nabi Muhammad SAW . Awalnya menjadi
budak
SKI, Kelas 6 materi Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati
SUNAN KUDUS DAN SUNAN GUNUNG JATI
A. Sunan Kudus
1.
Riwayat dan Silsilah Sunan Kudus
Nama
Ja’far Shadiq diambil dari nama datuknya yang bernama Ja’far ash-Shadiq bin
Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristerikan
Fatimah az-Zahra binti Muhammad.
Sunan
Kudus sejatinya bukanlah asli penduduk Kudus, ia berasal dan lahir di alQuds
negara Palestina. Kemudian bersama kakek, ayah dan kerabatnya berhijrah ke
Tanah Jawa.
Sunan
Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil
atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti
Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus
bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin
Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik
Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam
bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin
Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad
Saw.
2.
Kepribadian Sunan Kudus
Meskipun
beliau bernama Sunan Kudus, namun sebenarnya bukan asli dari Kudus. Beliau
pendatang dari daerah Jipang Ponolan yang merupakan daerah di sebelah utara
Blora. Di sana, ia dilahirkan dan diberi nama Ja’far Shodiq.
Ja’far
Shodiq tidak merasa asing ketika bertanggung jawab sebagai Senopati. Karena
saat beliau masih remaja, beliau tidak hanya mempelajari ilmu agama, namun juga
ilmu ilmu yang lain, seperti ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan
perdagangan.
Selain
kepada ayahnya, ia juga pernah menimba ilmu kepada Sunan Ampel dan Kiai
Telingsing. Sebenarnya nama asli dari Kiai Telingsing adalah Tai Link Tsing, ia
berasal dari China. Ketika itu China sudah dikenal sebagai Negara yang maju.
Bahkan, negara China sudah maju sejak dulu.
Pada
kenyataannya, Ja’far Shodiq sebagai senopati kerajaan Demak Bintoro, mampu
membuktikan kehebatannya yang tak kalah dengan kepiawaian ayahnya di medan
perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah kerajaan Demak ke arah timur hingga mencapai Madura, dan arah
barat hingga Cirebon. Kemudian sukses ini memunculkan cerita kesaktiannya.
Misalnya, sebelum perang, Ja’far shodiq diberi badong, semacam rompi, oleh
Sunan Gunung Jati. Badong itu dibawahnya berkeliling arena perang.
Dari
badong sakti itu, keluarlah jutaan tikus yang juga sakti. Kalau dipukul maka
tikus itu tidak mati, namun mereka semakin mengamuk sejadi-jadinya. Pasukan
Majapahit ketakutan sehingga mereka lari tunggang langgang. Ja’far Shodiq juga
mempunyai sebuah peti, yang bisa mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit
Majapahit yang tewas disengat tawon itu. Pada akhirnya, pemimpin pasukan
majapahit, yaitu adipati Terung menyerah pada pasukan Ja’far Shodiq.
Kesuksesannya
mengalahkan Majaphit membuat posisi Ja’far Shodiq semakin kuat. Kemudian ia
meninggalkan Demak karena ingin hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya
untuk kepentingan agama Islam. Lalu, ia pergi menuju ke Kudus. Namun,
kedatangannya di Kudus tidak jelas. Ketika ia menginjakkan kaki di Kudus, kota
itu masih bernama Tajug, konon orang yang mula-mula mengembangkan Islam di kota
Tajug sebelum Ja’far Shodiq adalah Kiai Telingsing. Cerita ini Menunjukkan
bahwa kota itu sudah berkembang sebelum kedatangannya.
Awalnya,
Ja’far Shodiq hidup di tengah jamaah dalam kelompok kecil di Tajug. Jamaah itu
merupakan para santri yang dibawanya dari Demak. Sebenarnya mereka adalah
tentara yang ikut bersama Ja’far Shodiq memerangi Majapahit. Setelah jamaahnya
semakin banyak ia kemudian membangun masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama Islam. Tempat ibadah
yang diyakini dibangun oleh Ja’far Shodiq adalah masjid Menara Kudus yang masih
berdiri hingga kini. Masjid ini didirikan pada 956 H yang bertepatan dengan
1549 M.
Adapun
mengenai asal usul nama Kudus bahwa Sunan Kudus pernah pergi naik haji sambil
menuntut ilmu di tanah Arab, kemudia ia juga mengajar di sana. Konon,
masyarakat arab waktu itu terjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan.
Dan, penyakit itu mereda berkat jasa Sunan Kudus. Karena itu, seorang pejabat
setempat berkenan untuk memberikan sebuah hadiah kepadanya. Tetapi ia
menolaknya dan hanya meminta sebuah batu sebagai kenang-kenangan. Menurut suatu
cerita, batu tersebut berasal dari kota Baitul Maqdis atau Jerussalem. Maka,
untuk memperingati kota tempat Ja’far Shodiq hidup dan tinggal, kemudian ia
memberinya nama Kudus. Kota Tajug pun mendapat nama baru, yakni Quds, yang
kemudian berubah menjadi Kudus. Kemudian pada akhirnya Ja’far Shodiq sendiri
dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Dalam
menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus mengikuti gaya Sunan Kalijaga, yakni
menggunakan model “tutwuri handayani”. Artinya, Sunan Kudus tidak melakukan
perlawanan keras, melainkan mengarahkan masyarakat. Sebab, ia memang banyak
berguru pada Sunan Kalijaga. Cara berdakwah Sunan Kudus pun yang meniru cara
yang dilakukan Sunan Kalijaga, yaitu menoleransi budaya setempat, bahkan cara
penyampaiannya lebih halus. Itu sebabnya para wali menunjuk dirinya untuk berdakwah
di kota Kudus.
3.
Perjuangan Sunan Kudus dalam Berdakwah
Ketika
itu, masyarakat Kudus masih banyak yang menganut agama Hindu. Maka, Sunan Kudus
berusaha memadukan kebiasaan agam Hindhu ke dalam syariat Islam secara halus.
Misalnya, ia justru menyembelih Kerbau bukan Sapi ketika Hari Raya Idul Qurban. Itu merupakan dari penghormatan
Sunan Kudus kepada para pengikut Hindu. Sebab, ajaran agama Hindu memerintahkan
untuk menghormati Sapi.
Setelah
berhasil menarik umat Hindu memeluk agama Islam, Sunan Kudus bermaksud
menjaring umat Budha untuk memluk Islam juga. Ia memiliki cara yang cukup unik
untuk menarik perhatian mereka. Setelah Sunan Kudus mendirikan masjid, ia
membuat padasan (tempat berwudhu), dengan pancuran berjumlah delapan.
Masing-masing pancuran diberi arca di atasnya.
Mengapa
Sunan Kudus melakukan ini? Ternyata, Sunan Kudus ingin menarik simpati umat
Buddha karena dalam ajaran Budha terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta
sanghika marga. Isi ajaran tersebut
adalah seseorang harus memiliki pengetahuan yang benar, mengambil keputusan
yang benar, berkata yang benar, bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan
cara yang benar, bekerja dengan benar, beribadah dengan benar dan menghayati
agama dengan benar.
Akhirnya,
usaha itu pun membuahkan hasil, sehingga banyak orang yang bergama Budha
berbondong-bondong memeluk Islam. Demikian pula dalam hal adat istiadat, ia
tidak langsung menentang masyarakat yang melenceng dari ajaran Islam secara
keras. Sebagai contoh, masyarakat sering menabur bunga di perempatan jalan,
mengirim sesajen di kuburan dan adat lain yang melenceng dari ajaran Islam.
Sunan
Kudus tidak langsung menentang adat itu, tetapi ia mengarahkannnya sesuai
ajaran Islam dengan pelan-pelan. Misalnya, Sunan Kudus mengarahkan agar sesajen
yang berupa makanan diberikan kepada orang yang kelaparan. Ia juga mengajarkan
bahwa meminta permohonan bukan kepada ruh, tetapi kepada Allah Swt.
Dengan
cara yang simpatik tersebut membuat para penganut agama lain bersedia
mendengarkan ceramah agama Islam dari Sunan Kudus. Surat Al Baqarah yang dalam
bahasa arab berarti sapi, sering dibacakan oleh Sunan Kudus untuk lebih memikat
pendengar yang beragama Hindu. Bahkan membangun Masjid Kudus dengan tidak
meninggalkan unsur aristektur Hindu. Sebab, bentuk menaranya tetap menyisakan
arsitektur gaya Hindu. Di antara bekas peninggalan Sunan Kudus adalah Masjid
Raya Kudus yang kemudian dikenal dengan sebutan Menara Kudus. Di halaman masjid
tersebut terdapat sebuah menara kuno yang indah.
Kebiasaan
unik Sunan Kudus dalam berdakwah, yakni ia selalu mengadakan acara Bedug
Dandangan. Acara ini merupakan kegiatan menunggu kedatangan Bulan Ramadhan. Ia
menabuh beduk bertalu-talu untuk mengundang para jamaah ke masjid. Ia pun
mengumumkan hari pertama puasa setelah jamaah berkumpul di masjid.
Makam Sunan Kudus dikelilingi makam para pengikutnya. Sunan Kudus sendiri wafat dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami’ Kudus. Jika orang memandang menara Masjid Kudus ada yang lain, aneh, dan artistik, mereka pasti akan segera teringat pada pendidirinya, yaitu Sunan Kudus.
4.
Contoh Nilai Positif Sikap Sunan Kudus
Nilai
positif yang dapat kita ambil dari Sunan Kudus adalah:
a. Sunan
Kudus merupakan ulama yang sekaligus sebagai senopati perang, beliau bersedia
membela agama baik dengan lisan, pemikiran, juga fisiknya.
b. Sikap
toleransi yang tinggi terhadap penganut agama lain.
KEGIATAN
Diskusikan
dengan kelompokmu, apa saja nilai- nilai sikap positif dari Sunan Kudus dan
mengapa kita harus memiliki sifat tersebut? Tulislah hasil kerjamu lalu bacakan
di depan kelas!
B. Sunan Gunung Jati
1.
Riwayat dan Silsilah Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati bernama Syarif
Hidyatullah, lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur
Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musair besar dari Gujarat,
India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sui di tanah
air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan
putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar
di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya
Imam Husain.
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara
Santang (Syarifah Muda’im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran
Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/ Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon
Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahi, seorang Muballigh asal Baghdad
bernama asli Idhai Mahdi bin Ahmad. Ia dimakamkan bersebelahan dengan putranya
yaitu Sunan Gunung Jati di Komplek Astana Agung Sembung (Cirebon).
2.
Kepribadian Sunan Gunung Jati
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi
kecenderungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika
telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahi ia meneruskan ke
Timur Tengah.
Babad Cirebon menyebutkan ketika
Pangeran Cakrabuana membangun kota Cirebon, ia wafat dan tidak mempunyai
pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayatullah mengambil
peranan membangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang
baru dibentuk itu.
Memasuki usia dewasa sekitar di antara
tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai
Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu
Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi Sultan Banten I.
3.
Perjuangan Sunan Gunung Jati dalam Berdakwah
Sering kali terjadi kerancuan antara
nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati.
Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang
benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang
penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. Sedangkan
Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu
Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa Fatahillah bukan
Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus
Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang
Portugis.
Syarif Hidayatullah dan ibunya
Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475
sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua
orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh
Datuk Kahi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu
dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam
gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung
Jati.
Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif
Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Lahi. Sehingga kemudian hari Syarif
Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan,
pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif
Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran
Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah
dengan gelar Susuhunan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
Disebutkan, pada tahun pertama
pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke pajajaran untuk mengunjungi
kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi
tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi
cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.
Syarif Hidayatullah kemudian
melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam
dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke
tempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten.
Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama
Nyi Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah
dikaruniai dua orang anak yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking.
Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering bermusyawarah dengan anggota
para wali lainnya di masjid Demak.
Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya masjid Demak.
Dari pergaulannya dengan Sultan Demak
dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan
Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar
Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti
kepada pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.
Pada tahun 1480 Masjid Agung Ciptarasa
dibangun atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari
pembangunan mesjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan
sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam
pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko
Tatal sebagai lambang persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan
dengan membangun jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah
Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah Pasundan.
Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang
semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh
bangsa Portugis. Selanjutnya mereka ingin memperluas kekuasaannya ke pulau
Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku
penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara.
Oleh karena itu Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor
untuk menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut
ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya di tanah
Jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima perang.
Pengalaman adalah guru yang terbaik,
dari pengalamannya bertempur di Malaka tahulah Fatahillah titik-titik lemah
tentara dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan
tepat dan setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya
Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara
Pajajaran cerai berai tak menentu arahnya.
Selanjutnya Fatahillah ditugaskan
mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan
Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putera
Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran
Sebakingking ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.
Kesultanan Pakungwati menjalin hubungan
baik dengan kekaisaran China, bahkan Sunan Gunung Jati menikah dengan puteri
ong Tien. Pernikahan antara puteri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati terjadi
pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia.
Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon janganlah
merasa heran disana banyak ornamen Cina dan barang-barang antik itu berasal
dari Cina.
Keberhasilan Sunan Gunung Jati
menegakkan kekuasaan Islam di Cirebon dan Banten, memberikan tidak saja
keleluasaan dakwah Islam di bumi Sunda, melainkan telah menjadikan keraton
sebagai pusat kesenian dan kebudayaan yang bernuansa agama sehingga menjadikan
gerakan dakwah Islam dengan cepat meluas hingga ke seluruh pelosok wilayah
Pasundan. Dan, dengan semakin menguatnya kekuasaan Keraton Cirebon dan Banten,
yang gencar menyebarkan dakwah Islam, sisa-sisa kekuasaan Raja Sunda semakin
lama semakin lemah, di mana pada era Sultan Maulana Yusuf, cucu Sunan Gunung
Jati, menaiki takhta Banten, dilakukan penuntasan penaklukan atas sisa-sisa
kekuasaan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1575 Masehi.
Demikianlah, melalui Keraton Cirebon
dan Banten, berbagai gerakan dakwah melalui pengembangan seni dan budaya
dilakukan secara persuasif dan sistematis, di mana unsur-unsur Hindhu-Budha
lama tidak dihilangkan, melainkan dipadukan secara harmonis dengan ajaran
Islam, yang menjadikan Islam dianut oleh hampir seluruh penduduk bumi Pasundan.
Sunan Gunung Jati meninggal tahun 1568
M pada usia 120 tahun dan dimakamkan di Bukit Gunung Jati, Cirebon.
4.
Contoh Nilai Positif Sikap Sunan Gunung Jati
Dari kisah yang tersaji dari kehidupan
Sunan Gunung Jati, dapat kita ambil nilainilai positif sebagai berikut:
a. Sunan
Gunung Jati tidak hanya menguasai ilmu agama dalam berdakwah, tetapi juga
menguasai ilmu politik atau kenegaraan, bahkan ilmu pengobatan. Kesemuanya
dipergunakan oleh beliau sebagai metode untuk melancarkan dakwah Islam.
b. Ketika
mengalami masalah di luar batas pengetahuan manusia, saat Sunan Gunung Jati
ditanya mengenai mana putri kaisar yang hamil, maka langkah yang diambil adalah
bermunajat kepada Allah untuk mendapatkan jawaban.
c. Menghargai
penganut agama lain serta bangsa lain, seperti halnya penganut Hindhu dan Budha
ataupun bangsa Cina. Karena sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita
menghargai orang lain walalupun berbeda bangsa dan agama.
KEGIATAN
Diskusikan dengan kelompokmu apa saja yang telah
dilakukan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran agama Islam di tanah
Pasundan!
LATIHAN SOAL
A.
Pilihlah
jawaban dibawah ini dengan benar!
1.
Walisongo yang memiliki
nam asli ja’far shodiq adalah .......
a.
Sunan Ampel
b.
Sunan Kalijaga
c.
Sunan Gunung Jati
d.
Sunan Kudus
2.
Sunan Kudus merupakan
keturunan ke- ............. dari Nabi Muhammad
a.
21 b.
25 c. 24 d. 20
3.
Berikut merupakan cara berdakwah sunan
Kudus
1)
Menyembelih kerbau pada hari raya qurban
2)
Mendirikan masjid dengan padasan yang
diberi arca diatasnya
3)
Menyembelih sapi pada hari raya qurban
4)
Mengubah adat istiadat yang tidak baik
menjadi lebih baik.
Yang
merupakan cara berdakwah Sunan Kudus adalah ........
a.
1,3,4
b.
1,2,4
c.
3,2,1
d.
2,3,4
4.
Peninggalan dari Ja’far Sodiq adalah
bangunan . . . di kota Kudus
a.
Komplek Pesantren
b.
Masjid Menara
c.
Masjid Agung
d.
Kedaton
5.
Nama asli dari Sunan Gunung Jati adalah
.....
a.
Raden syaifuddin
b.
Syarif Hidayatullah
c.
Ja’far Shodiq
d.
Raden Rahmat
6.
Sunan Gunung Jati lahir pada tahun
......
a.
1448 M
b.
1446 M
c.
1449 M
d.
1440 M
7.
Walisongo yang
berdakwah dan membangun pemerintahan di Cirebon adalah ...
a. Sunan
Kudus
b. Sunan
Gunung Jati
c. Sunan
Muria
d. Sunan
Pandanaran
8. Siapa
pendiri dinasti kesultanan Banten….
a.
Sunan Ampel
b.
Sunan Bonang
c.
Sunan Drajat
d.
Sunan Gunung Jati
9.
Makam Sunan Gunung Jati berada di
.......
a.
Cirebon b.
Demak c. Pasundan d. Banten
10. Nilai
positif yang dapat diambil dari walisongo adalah, kecuali ......
a.
berani dan bertanggung jawab
b.
sikap tidak toleransi terhadap penganut
agama lain
c.
menjunjung tinggi agama Islam
d.
mengusai berbagai ilmu yang berbeda-beda
B.
Ayo
Jawablah!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini
dengan baik dan benar!
1. Jelaskan
secara singkat mengenai riwayat dan silsilah dari Sunan Kudus dan Sunan Gunung
Jati
2. Jelaskan
secara singkat perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Kudus dalam penyebaran
agama Islam!
3. Jelaskan
secara singkat perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dalam
penyebaran agama Islam!
4. Sebutkan
nilai-nilai positif dari Sunan Kudus!
5. Sebutkan
nilai-nilai positif dari Sunan Gunung Jati!
Langganan:
Postingan (Atom)